Angka kelangsungan hidup pada
pasien yang menderita luka bakar luas telah meningkat secara signifikan selama 30 tahun terakhir.
hipotesa bahwa transfer cairan
dari kompartemen intravaskuler ke ruang interstitial bertanggung jawab terhadap
terjadinya status edematous.
Baxter dan Shires di akhir tahun
1960 menetapkan formula Parkland untuk resusitasi luka bakar dan saat ini
digunakan sebagai pedoman untuk resusitasi sebagian besar pasien luka bakar
Pasien luka bakar memerlukan
resusitasi cairan dengan volume yang besar segera setelah trauma. Resusitasi
cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat merupakan resiko yang independen
terhadap tingkat kematian pada pasien dengan luka bakar yang berat.
Sampai saat ini belum ada
kesepakatan tentang jenis cairan yang harus digunakan untuk resusitasi luka
bakar
apapun jenis cairan yang
diberikan, volume cairan dan garam yang adekuat harus diberikan untuk menjaga
perfusi jaringan dan memperbaiki hemostasis.
a. kristaloid
kristaloid seperti ringer
lactate merupakan cairan yang paling popular untuk resusitasi sampai saat
ini.
Sampai saat ini tidak ada studi
yang prospektif yang dapat memperlihatkan bahwa koloid atau salin hipertonik
memiliki manfaat yang lebih dibanding kristaloid isotonik dalam resusitasi
pasien luka bakar.
Kekurangan penggunaan
kristaloid adalah volume yang digunakan relatif lebih besar untuk resusitasi
syok akibat luka bakar sehingga berpotensi menyebabkan odema jaringan
Komplikasi potensial yang lain
akibat resusitasi kristaloid yang berlebihan adalah hipoalbuminemia dan
ketidakseimbangan elektrolit, namun perubahan ini tidak signifikan dengan
tingkat morbiditas dan mortalitas.
b. Koloid
Secara teoritis koloid memberikan
keuntungan lebih dalam menjaga volume intravaskuler dengan volume yang lebih
sedikit dan waktu yang lebih pendek dibandingkan kristaloid
c. cairan hipertonik
Saline hipertonik baik sendiri
maupun bersama sama dengan koloid telah dianjurkan oleh beberapa praktisi untuk
resusitasi awal pada pasien luka bakar.
Salah satu keuntungan dari cairan
hipertonis adalah mengurangi kebutuhan volume untuk mencapai tingkat yang sama
dengan cairan isotonis.
Secara teoritis pengurangan volume
yang dibutuhkan akan mengurangi resiko terjadinya udema paru dan udema jaringan
sehingga dapat mengurangi tindakan intubasi trakea.
Syafri Kamsul Arif dari Department of
Anesthesiology, Intensive Care and Pain Management Faculty of Medicine
Hasanuddin University, Makassar dalam FLUID MANAGEMENT IN SEVERE BURNS PATIENTS
merekomendasikan 2 hal :
1.
Kristaloid saat ini merupakan cairan yang
terpilih dan paling sering digunakan untuk resusitasi cairan awal pada
penderita luka bakar .
2.
Cairan koloid dan atau cairan hipertonik
sebaiknya dihindari dalam 24 jam pertama setelah trauma luka bakar
related article
Perawat dan Dokter Sama Sama Kompeten untuk Menangani penyakit sederhana
EFEK BRONKODILATOR LONG-ACTING BAGI PASIEN PPOK
REKOMENDASI PENGGUNAAN KRISTALOID DALAM TATALAKSANA LUKA BAKAR
ANESTESI LOKAL PADA TINDAKAN KURETASE ABORTUS INKOMPLET
KEPERAWATAN KRITIS : PENILAIAN NYERI SECARA NONVERBAL
related article
Perawat dan Dokter Sama Sama Kompeten untuk Menangani penyakit sederhana
EFEK BRONKODILATOR LONG-ACTING BAGI PASIEN PPOK
REKOMENDASI PENGGUNAAN KRISTALOID DALAM TATALAKSANA LUKA BAKAR
ANESTESI LOKAL PADA TINDAKAN KURETASE ABORTUS INKOMPLET
KEPERAWATAN KRITIS : PENILAIAN NYERI SECARA NONVERBAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar