Kamis, 23 Mei 2013

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP STASE GERONTIK



LAPORAN PENDAHULUAN
STASE GERONTIK DI PSTW “BUDI SEJAHTERA”

A.     TEORI TENTANG PROSES PENUAAN 
1.      Pengertian lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13  tahun 1998 adalah 60 tahun.
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua.  Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang.  Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang  bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya.  Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan Perbaikan”.
2.      Teori tentang Proses menua
a.      Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.
Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.  Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang  terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas,  fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya  faktor pengaruh intrinsik dan  ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.
1)      Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram  oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat  adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka  waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan  berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
2)      Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan  sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
3)      Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
4)      Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan  terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan  sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem  imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,  daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
5)      Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan  lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah  dipakai.
6)      Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat  berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk  radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
7)      Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel  jaringan.

b.      Teori Sosial
1)      Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
2)      Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a)      Kehilangan peran
b)      Hambatan kontrol sosial
c)      Berkurangnya komitmen
3)      Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a)      lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan 
b)      Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c)      Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
4)      Teori Interaksi Sosial (Social  Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss   (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a)      Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
b)      Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
c)      Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan mengeluarkan biaya.
d)      Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
e)      Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
5)      Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming  dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan  kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
            Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a)      Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa  pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.
b)      Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
c)      Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
1)      Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2)      Proses tak dapat dihindari
3)      Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
6)      Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a)      Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b)      Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
7)      Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.
Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair)..
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
a)      Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b)      Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c)      Menemukan makna kehidupan
d)      Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e)      Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f)       Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g)      Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall  RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
a)      Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
b)      Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c)      Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
8)      Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a)      Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b)      Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c)      Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.
c.      Teori Psikologi
1)      Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.
2)      Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan  yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri  (introvert).  Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
3)      Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.

B.     TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN
1.      Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
a.      Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b.      Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran  kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. 
Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :
GIZI
a.       Pengamatan
D = disease
E  = eating poorly
T  = tooth loss
E  = economic hardship
R  = reduced social contact
M = Multiple medicine
I  = involuntary weight loss and gains
N = need assistance in self care
E  = elder years
b.      Pendidikan gizi dan konseling diet
c.       Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :
1)      Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
2)      Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
3)      Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
4)      Hidrat arang,  gula murni dikurangi
5)      Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe

PRINSIP :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi, jagung, kentang > lemak > gula, garam




  
OLAHRAGA
            Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi komponan sebagai berikut:
1.      Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit
2.      Latihan initi 15 – 60 menit
3.      Pendinginan 10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
            1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 %  DNM
                DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
                Contoh : Bila usia 40 tahun DNM  = 220 – 40  = 180 x / mnt
                               Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt   = 153 x/mnt
                               Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
            2. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu
            3. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu
                pemanasan dan pendinginan.
            Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya.
            Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang dianjurkan.
            Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).
            Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara pemecahannya.
            Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka.
2.      Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan,  mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.
3.      Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
            Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.
            Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
            Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.
            Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka  dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
            Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan  agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

C.     Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1.      Perubahan fisik
a.      Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b.      Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c.      Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d.      Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e.      Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f.       Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g.      Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.
h.      Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i.        Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j.        Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban  bergerak. otot kam dan tremor.
2.      Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a.      Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b.      Kehatan umum
c.      Tingkat pendidikan
d.      Keturunan
e.      Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a.      kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari  yang lalu
b.      kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a.      Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal
b.      Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3.      Perubahan Perubahan Psikososial
a.      Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b.      Merasakan atau sadar akan kematian
c.      Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
4.      Perubahan Perubahan Psikososial
a.      Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b.      Merasakan atau sadar akan kematian
c.      Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.





D.     Masalah  keperawatan yang mungkin timbul.
  1. Fisik / biologis
a.      Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
b.      Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan.
c.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam merawat diri.
d.      Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
e.      Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif, peristaltik lemah.
f.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
g.      Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya skrit pada jalan napas.
h.      Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis serabut otot.

  1. Psikologis-sosial
a.      Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
b.      Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c.      Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d.      Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e.      Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan perasaan secara tepat.
f.       Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

  1. Spiritual
a.      Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b.      Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.
c.      Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d.      Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara tepat.

E.     Rencana Keperawatan
  1. Tujuan perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain.
  1. Tujuan tindakan keperawatan
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
-          Pemenuhan kebutuhan keselamatan
-          Peningkatan keamanan dan keselamatan
-          Memelihara kebersihan diri
-          Memelihara keseimbangan istirahat tidur
-          Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
  1. Rencana dan Rasional
a.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi
1)      Makanan porsi kecil tapi sering, lunak.
R    Menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot lambung dan usus.
2)      Banyak minum dan kurangi makanan asin.
R.   Mencegah kekeringan kulit dan kendor.
3)      Makan mengandung serat.
R.   Membantu pencernaan karena peristaltik menurun.
4)      Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi lemak kecukupan kalori : laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal yang terdiri dari :
-          KH 60% dari jumlah kal.
-          Lemak 15-20%.
-          Protein 20-25%.
-          Vitamin dan mineral air 6-8 gelas / hari.
-          Hindari kopi / teh.
-          Insulin  pemecahan glukosa dan lemah menurun.
b.      Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia
-          Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat.
-          Latih untuk pindah / mobilisasi.
-          Menggunakan pengaman tempat tidur.
-          Membantu ke kamar mandi.
-          Menggunakan kacamata.
-          Menemani bila bepergian.
-          Ruangan dekat kantor.
-          Meletakkan bel di bawah bantal.
-          Tempat tidur tidak terlalu tinggi.
-          Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur.
-          Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.
-          Peralatan menggunakan roda dikunci.
-          Pasang pengaman di kamar mandi.
-          Hindari lampu redup dan menyilaukan.
-          Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.
c.      Memelihara kebersihan diri
-          Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi.
-          Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin lotion.
d.      Memelihara keseimbangan istirahat
-          Sediakan tempat tidur nyaman.
-          Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.
-          Melatih melakukan latihan fisik yang ringan.
e.      Meningkatkan hubungan interpersonal
-          Berkomunikasi dengan kontak mata.
-          Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.
-          Menyediakan waktu untuk berbincang.
-          Menghargai pendapat lansia.
-          Melibatkan kegiatan harian.


 MASALAH  NUTRISI
1.      Pengertian
Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro
2.      Penyebab
a.       Penurunan atau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman
b.      Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi
c.       Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
d.      Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan
e.       Penggunaan obat-obatan jangka panjang
f.       Gangguan kemampuan motorik
g.       Kurang bersosialisasi, kesepian
h.      Pendapatan yang menurun (pensiun)
i.         Penyakit infeksi kronis
j.        Penyakit keganasan


Pengkajian
Fisiologis/fisik
1.      Stratus gizi
     IMT = Kg BB           normal laki laki = 18 -25
                 (TB)2                        wanita = 17 – 23
2.      Intake cairan dalam 24 jam
3.      Kondisi kulit
4.      Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
5.      Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
6.      Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran  dan mobilitas
7.      Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
8.      Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll).

Psikososial/afektif
1.         Kebiasaan saat makan (makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
2.         situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan penyimpanan makanan)
3.         sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi
4.         Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi.

Pemeriksaan tambahan/laborat
         Analisa darah : 
Kreatinin  : indekz massa otot
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan

 Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak  adekuat akibat anoreksia
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
3.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas
4.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
5.      Resiko cedera (dislokasi sendi) berhubungan dengan otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi

Rencana Asuhan Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria :  - Meningkatkan masukan  oral
-                                        Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi :
a.       Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian  yang adekuat
R/  Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
b.      Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
c.       Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk masukan nutrinya
d.      Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)
R/ aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
e.       Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R/  Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan selera makan
f.       Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan
R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan .
g.       Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering
R/ Mengurangi perasaan tegang pada lambung

h.      Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :
3)     Makan-makan kering saat bangun tidur
4)     Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak
5)     Minum sedikit-sedikit melalui sedotan
6)     Makan kapan saja bila dapat toleransi
7)     Makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering
R/  Meningkatkan asupan makanan.

2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri, merah,gangguan fungsi
Intervensi :
a.       Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b.      Ajarkan tentang perlunya  menjaga kebersihan diri dan lingkungan
R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang kurang sehat
c.       Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
R/ meningkatkan kadar protein dalam dalam tubuh sehingga meningkatkan kemampuan kekbalan dalam tubuh
d.      Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat menyebabkan imunosupresi
R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi.

3.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi :
  1. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
R/ tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses inflamasi
  1. bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
  1. ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi
  1. Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
R/ menghindari cedera.

4.      Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan   proses inflamasi, destruksi sendi
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas
Intervensi :
kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang mempercepat tanda tanda neri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri
Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman  pada waktu istirahat ataupun tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri
Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres sendi
R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.
berikan masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan.

5.      Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyaman
Intervensi :
  1. kaji tingkat kekuatan otot
R / mengatur tindakan selanjutnyab
  1. Kaji tingkat pergerakan pasif
  2. Beri alat bantu sesuai kebutuhan
  3. Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
  4. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara mandiri

Konsep gangguan interaksi diri
Gangguan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami respon negatif, ketidakadekuatan danketidakpuasan dari interaksi  (Carpenito, 1999).
Batasan karakteristik ganguan interaksi sosial (Carpenitto) :
mayor (harus terdapat)
-          melaporkan kektidakmampuan untuk menetapkan dan /atau mempertahankan hubungan supportif yang stabil, dan ketidak puasan dengan jaringansosial
minor :
-          isolasi sosial
-          hubungan superfisial
-          menyalahi oranglain untuk masalah-masalah interpersonal
-          menghindari orang lain
-          kesulitan interpersonal ditempat kerja
-          orang lain melaporkan tentang pola interaksi yang bermasalah
-          perasaan tentang tidak dimengerti perasaan
-          perasaan tentang penolakan

Faktor-faktor yang berhubungan
kerusakan interaksi sosial dapat diakibatkan dariberbagai situasi danmasalah kesehatan yang dihubungakan dengan ketidakmampuan menentukan dan mempertahankan hubungan umpan balik.



 

INTERVENSI
RASIONALISASI
1.      Tetapkan hubungan saling percaya perawat klien dengan cara:
·         Dorong individu meng-ungkapkan perasaan.
·         Dorong individu bertanya tentang masalah dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi
·         Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan
·         Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan.
·         Hindari kritik negatif
·         Berikan privasi atau lingkungan aman.
1.  Tingkatkan interaksi sosial
·         Hindari perlindungan ber-lebihan
·         Dorong gerakan/latihan
2.  Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu
3.  Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif.
4.  Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain


5.  Beri dorongan terhadap aktivitas posistif  dan kontak dengan teman yang telah dilakukan.


6.  Bantu kien mengepresikan pikiran dan perasaannya.
7.  Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan kejujuran serta berikan bimbingan prilaku sesuai norma.
1.  Dengan adanya saling percaya klien akan mau mengungkapkan perasaan yang terpendam yang beresiko menimbulkan stress sehingga dengan proses katarsis beban hidup klien akan berkurang sehingga harga diri klien akan menjadi semakin baik.








2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien.
3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan kondisinya saat ini.
5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai dukungan koping.
6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu meningkatkan harga diri klien menciptakan situasi hubungan yang saling membantu.
7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat merduksi stress.
8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat mengurangi kesempatan klien menyendiri yang dapat memunculkan timbulnya stress.



DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa  Keperawatan  Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Gunawan  S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I

Lueckennotte,  Annette  G,  1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation

Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC

Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar