Minggu, 23 Juni 2013

CPR OVER VIEW



CPR OVERVIEW : GUIDELINES AHA 2010 untuk CPR dan ECC
CPR adalah seri tindakan life-saving yang meningkatkan kesempatan bertahan hidup bagi pasien yang mengalami cardiac arrest.
Meski pendekatan terhadap CPR yang optimal dapat bervariasi (tergantung penolong, korban dan sumber daya yang tersedia) namun tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana memberikan CPR secara dini dan efektif.
Epidemiologi
Cardiac arrest masih merupakan penyebab kematian terbesar di banyak belahan dunia. Cardiac arrest terjadi di luar ataupun di rumah sakit. Di US dan Canada, sekitar 350000 orang pertahun (setengahnya ada di RS) mengalami cardiac arrest dan dilakukan resusitasi. Jumlah ini tidak memperhitungkan mereka yang mengalami cardiac arrest namun tidak menerima tindakan resusitasi. Meski usaha resusitasi tidak selalu tindakan yang tepat, namun banyak kehidupan yang hilang karena usaha resusitasi yang tepat tidak dilakukan.
Pasien cardiac arrest dengan VF atau VT tanpa nadi mendapatkan hasil resusitasi yang lebih baik dari pada mereka yang dengan PEA atau asystole.
Penderita cardiac arrest terbanyak adalah orang dewasa, tapi masih ada ribuan bayi dan anak-anak yang mengalami cardiac arrest di US dan Canada.

 Prinsip kunci resusitasi : Chain of Survival
1.      Pengenalan dini cardiac arrest dan pnegaktifan sistem respon darurat.
2.      CPR dini dengan penekanan dan fokus pada kompresi dada.
3.      Defibrilasi dini.
4.      Advance life support yang efektif.
5.      Perawatan post cardiac arrest yang terintegrasi.
 
Ringkasan komponen BLS pada dewasa, anak dan bayi
komponen
Dewasa
anak
bayi
Pengenalan dini
Tidak responsif (untuk semua umur)

Tidak bernafas
Tidak bernafas atau hanya gasping

Bernafas tidak adekuat ( hanya gasping)

Tidak teraba nadi selama 10 detik ( bagi penolong terlatih/petugas kesehatan terlatih )
CPR sequence
CAB
CAB
CAB
Jumlah kompresi
Minimal 100x/menit
Kedalaman kompresi
Minimal 2 inch (5 cm)
Skitar 2 inch (5 cm)
Minimal 1/3 AP atau sekitar 1,5 inch ( 4 cm )
Recoil dinding dada
Recoil dinding dada sempurna setiap setelah kompresi
Pemberi kompresi berganti setiap 2 menit
Interupsi pada kompresi
Minimalisir interupsi saat kompresi dada
Batasi interupsi hanya selama 10 detik
airway
Head tilt-chin lift, ( bila petugas terlatih curiga trauma : jaw thrust)
Rasio kompresi : ventilasi (sampai terpasang advance airway)
30:2 (pada 1 atau 2 penolong)
30:2 pada satu penolong;
15:2 pada 2 orang penolong terlatih
30:2 pada satu penolong;
15:2 pada 2 orang penolong terlatih
Ventilasi : bila penolong tidak terlatih atau terlatih tetapi tidak dapat memberi ventilasi
Hanya kompresi
Ventilasi dengan advance airway
1x nafas setiap 6-8 detik (8-10x/menit) tidak disinkronkan dengan kompresi dada; stiap inspirasi sekitar 1 detik dengan terlihat pengembangan dada
defibrilasi
Siapkan dan gunakan AED secepatnya. Minimalisir interupsi pada kompresi dada sebelum dan sesudah shock, lakukan CPR segera setelah setiap shock

 Konsep interaksi penolong dan korban dalam CPR
CPR mengintegrasikan kompresi dada dan bantuan nafas dengan tujuan menigkatkan sirkulasi dan oksigenasi. Karakteristik penolong dan korban dapat mempengaruhi aplikasi komponen CPR yang optimal.
a.      Penolong
Setiap orang dapat menjadi penolong untuk menyelamatkan nyawa korban cardiac arrest. Skill CPR dan aplikasinya tergantung pelatihan, engalaman dan kepercayaan diri si penolong.
Kompresi dada merupakan dasar dari CPR, semua penolong, apapun pelatihannya, harus memberikan kompresi dada bagi semua korban cardiac arrest. Karena pentingnya kompresi dada ini, tindakan ini harus dilakukan sebagai tindakan awal CPR bagi semua pasien cardiac arrest tanpa memandang usia.
Penolong yang mampu harus menambahkan ventilasi dalam kompresi dada. Penolong yang sangat terlatih bekerjasama dalam tim untuk memberikan kompresi dada dan ventilasi.
b.      Korban
Kebanyakan cardiac arrest pada orang dewasa terjadi tiba-tiba. Disebabkan oleh penyebab cardiac primer. Sirkulasi yang diberikan melalui kompresi dada merupakan hal yang sangat krusial. Sedangkan pada bayi dan anak-anak, penyebab cardiac arrest utamanya adalah asfiksial, sehingga memerlukan ventilasi dan kompresi dada yang optimal untuk mendapatkan hasil yang optimal. Karenanya, bantuan nafas mungkin lebih penting pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Tindakan dini : integrasi komponen kritis CPR
1.      Pengenalan dini dan aktivasi respon darurat
Aktivasi respon darurat memerlukan pengenalan dini terhadap cardiac arrest. Pasien cardiac arrest selalu tidak responsif, tidak bernafas atau tidak normal, pernafasan agonal/gasping umum terjadi pada aawal cardiac arrest dan sering rancu dengan pernafasan normal. Deteksi nadi saja tidak terlalu dapat dipercaya, karena meskipun dilakukan oleh penolong yang sangat terlatih, hal ini dapat sangat memakan waktu. Oleh sebab itu, penolong harus segera memulai CPR secepatnya bila pasien dewasa ditemukan tidak responsif dan tidak bernafas atau bernafas tidak normal (hanya gasping), tanpa perlu cek nadi. “look. Listen, and feel” tidak lagi direkomendasikan.
2.      Kompresi dada
memulai kompresi dada yang efvektif adalah hal yang fundamental dalam resusitasi cardiac arrest. CPR meningkatkan kesempatan hidup korban dengan meningkatkan sirkulasi otak dan jantung. Penolong harus memberikan kompresi dada bagi semua korban cardiac arrest, tanpa menghiraukan skill penolong, karakteristik korban, ataupun sumber yang tersedia.
Penolong harus fokus dalam memberi CPR berkualitas tinggi
a.      Memberi kompresi dada dengan rate yang adekuat (100x/m).
b.      Memberi kompresi dada dengan kedalaman yang adekuat.
·         Dewasa : minimal 2 inch (5 cm)
·         Bayi dan anak : bayi, minimal1/3 diameter AP dada. Atau sekitar 2 inch (5 cm) pada anak.
c.       Memberikan kesempatan recoil dada setiap setelah kompresi.
d.      Minimalisir interupsi terhadap kompresi.
e.      Mencegah ventilasi berlebihan
Bila penolong tersedia banyak, mereka harus berputar tugas (bergiliran) dalam melakukan kompresi dada setiap 2 menit.
3.      Airway dan ventilasi
Membuka airway (dengan head tilt-chin lift atau jaw thrust) diikuti rescue breathing yang dapat meningkatkan oksigenasi dan ventilasi. Meskipun hal ini sulit secara teknis dan memerlukan interupsi kompresi dada, terutama bagi penolong sendirian dan belum terlatih. Karena itu, penolong tidak terlatih hanya memberikan kompresi. Penolong yang mampu harus membuka airway dan memberi bantuan nafas dengan kompresi dada. Ventilasi harus diberikan bila dicurigai asfiksia sebagai penyebab cardiac arrest nya (bayi, anak, dan korban tenggelam).
Saat advance airway terpasang. Ventilasi diberikan teratur 1 nafas setiap 6-8 detik. ( 8-10 nafas/ menit). Dan kompresi dada dapat diberikan tanpa interupsi.
4.      Defibrillasi
Kesempatan bertahan hidup pasien cardiac arrest akan berkurang bila interval antara arrest dan  defibrillasi meningkat. Dan hasil defibrillasi akan meningkat bila interupsi (untuk cek nadi, mengkaji irama jantung, defibrillasi, atau pemasangan advance airway) terhadap kompresi dijaga tetap minimal.

Kunci dalam meningkatkan kualitas CPR pada pasien dewasa, anak dan bayi.
Hal hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan :
1.      Pengenalan dini
a.      Gagal mengenali gasping sebagai sebagai tanda cardiac arrest.
b.      Cek nadi yang lama. (karena tidak terlatih atau tidak percaya diri0
2.      Memulai CPR
a.      Respon petugas yang menghadapi pasien lambat.
b.      Intruksi dari operator gaawat darurat yuang tidak tepat.
3.      Rate kompresi
a.      Rate komprresi lambat
4.      Kedalaman kompres
a.      Kompresi dangkal
5.      Recoil dinding dada
a.      Penolong bersandar (menahan dada pasien). Sehingga recoil terganggu.
6.      Interupsi terhadap kompresi
interupsi yang berlebihan karena:
a.      Cek nadi dan irama jantung.
b.      Ventilasi.
c.       Defibrillasi.
d.      Intubasi.
e.      Akses iv.
f.        Dan lain-lain.
7.      Ventilasi
a.      Ventilasi yang tidak efektif.
b.      Interupsi yang terlalu lama terhadap kompresi dalam memberikan ventilasi.
c.       Ventilasi yang berlebihan ( terutama pada advance airway)
8.      Defibrillasi
a.      Waktu yang terlalu lama untuk menyediakan dan menyiapkan defibrillator.
b.      Interupsi yang terlalu lama terhadap kompresi dada pre dan post shock.
9.      Performa team
a.      Terlambat rotasi (berganti), menyebabkan kelelahan pada penolong, dan menurunkan kualitas kompresi dada.
b.      Komunikasi yang buruk antar anggota team,menyebabkan interupsi yang tidak perlu terhadap kompresi.



RELATED ARTICLE

intervensi klien dengan shock

CPR lebih dari 20 menit tidak sia-sia

Cardiopolmunary Resuscitation

TRACEOSTOMY dini tidak menguntungkan

PENILAIAN NYERI SECARA NONVERBAL

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KLIEN DENGAN SVT

INTUBASI TRAKHEA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar