CPR OVERVIEW : GUIDELINES AHA 2010 untuk CPR dan ECC
CPR adalah seri tindakan life-saving
yang meningkatkan kesempatan bertahan hidup bagi pasien yang mengalami cardiac
arrest.
Meski pendekatan terhadap CPR yang
optimal dapat bervariasi (tergantung penolong, korban dan sumber daya yang
tersedia) namun tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana memberikan CPR
secara dini dan efektif.
Epidemiologi
Cardiac arrest masih merupakan
penyebab kematian terbesar di banyak belahan dunia. Cardiac arrest terjadi di
luar ataupun di rumah sakit. Di US dan Canada, sekitar 350000 orang pertahun
(setengahnya ada di RS) mengalami cardiac arrest dan dilakukan resusitasi.
Jumlah ini tidak memperhitungkan mereka yang mengalami cardiac arrest namun
tidak menerima tindakan resusitasi. Meski usaha resusitasi tidak selalu
tindakan yang tepat, namun banyak kehidupan yang hilang karena usaha resusitasi
yang tepat tidak dilakukan.
Pasien cardiac arrest dengan VF atau
VT tanpa nadi mendapatkan hasil resusitasi yang lebih baik dari pada mereka
yang dengan PEA atau asystole.
Penderita cardiac arrest terbanyak
adalah orang dewasa, tapi masih ada ribuan bayi dan anak-anak yang mengalami
cardiac arrest di US dan Canada.
Prinsip kunci resusitasi : Chain of Survival
1. Pengenalan dini cardiac arrest dan
pnegaktifan sistem respon darurat.
2. CPR dini dengan penekanan dan fokus
pada kompresi dada.
3. Defibrilasi dini.
4. Advance life support yang efektif.
5. Perawatan post cardiac arrest yang
terintegrasi.
Ringkasan komponen BLS pada dewasa, anak dan bayi
komponen
|
Dewasa
|
anak
|
bayi
|
Pengenalan dini
|
Tidak responsif (untuk semua umur)
|
||
Tidak bernafas
|
Tidak bernafas atau hanya gasping
|
||
Bernafas tidak adekuat ( hanya
gasping)
|
|||
Tidak teraba nadi selama 10 detik (
bagi penolong terlatih/petugas kesehatan terlatih )
|
|||
CPR sequence
|
CAB
|
CAB
|
CAB
|
Jumlah kompresi
|
Minimal 100x/menit
|
||
Kedalaman kompresi
|
Minimal 2 inch (5 cm)
|
Skitar 2 inch (5 cm)
|
Minimal 1/3 AP atau sekitar 1,5
inch ( 4 cm )
|
Recoil dinding dada
|
Recoil dinding dada sempurna setiap
setelah kompresi
Pemberi kompresi berganti setiap 2
menit
|
||
Interupsi pada kompresi
|
Minimalisir interupsi saat kompresi
dada
Batasi interupsi hanya selama 10
detik
|
||
airway
|
Head tilt-chin lift, ( bila petugas
terlatih curiga trauma : jaw thrust)
|
||
Rasio kompresi : ventilasi (sampai
terpasang advance airway)
|
30:2 (pada 1 atau 2 penolong)
|
30:2 pada satu penolong;
15:2 pada 2 orang penolong terlatih
|
30:2 pada satu penolong;
15:2 pada 2 orang penolong terlatih
|
Ventilasi : bila penolong tidak
terlatih atau terlatih tetapi tidak dapat memberi ventilasi
|
Hanya kompresi
|
||
Ventilasi dengan advance airway
|
1x nafas setiap 6-8 detik
(8-10x/menit) tidak disinkronkan dengan kompresi dada; stiap inspirasi
sekitar 1 detik dengan terlihat pengembangan dada
|
||
defibrilasi
|
Siapkan dan gunakan AED secepatnya.
Minimalisir interupsi pada kompresi dada sebelum dan sesudah shock, lakukan
CPR segera setelah setiap shock
|
Konsep interaksi penolong dan korban dalam CPR
CPR mengintegrasikan kompresi dada
dan bantuan nafas dengan tujuan menigkatkan sirkulasi dan oksigenasi.
Karakteristik penolong dan korban dapat mempengaruhi aplikasi komponen CPR yang
optimal.
a.
Penolong
Setiap orang dapat menjadi penolong untuk menyelamatkan nyawa
korban cardiac arrest. Skill CPR dan aplikasinya tergantung pelatihan, engalaman
dan kepercayaan diri si penolong.
Kompresi dada merupakan dasar dari CPR, semua penolong,
apapun pelatihannya, harus memberikan kompresi dada bagi semua korban cardiac
arrest. Karena pentingnya kompresi dada ini, tindakan ini harus dilakukan
sebagai tindakan awal CPR bagi semua pasien cardiac arrest tanpa memandang
usia.
Penolong yang mampu harus menambahkan ventilasi dalam
kompresi dada. Penolong yang sangat terlatih bekerjasama dalam tim untuk
memberikan kompresi dada dan ventilasi.
b.
Korban
Kebanyakan cardiac arrest pada orang dewasa terjadi
tiba-tiba. Disebabkan oleh penyebab cardiac primer. Sirkulasi yang diberikan
melalui kompresi dada merupakan hal yang sangat krusial. Sedangkan pada bayi
dan anak-anak, penyebab cardiac arrest utamanya adalah asfiksial, sehingga
memerlukan ventilasi dan kompresi dada yang optimal untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Karenanya, bantuan nafas mungkin lebih penting pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa.
Tindakan dini : integrasi komponen kritis CPR
1.
Pengenalan dini dan aktivasi respon
darurat
Aktivasi respon darurat memerlukan pengenalan dini terhadap
cardiac arrest. Pasien cardiac arrest selalu tidak responsif, tidak
bernafas atau tidak normal, pernafasan
agonal/gasping umum terjadi pada aawal cardiac arrest dan sering rancu
dengan pernafasan normal. Deteksi nadi saja tidak terlalu dapat dipercaya,
karena meskipun dilakukan oleh penolong yang sangat terlatih, hal ini dapat
sangat memakan waktu. Oleh sebab itu, penolong harus segera memulai CPR
secepatnya bila pasien dewasa ditemukan tidak responsif dan tidak bernafas atau
bernafas tidak normal (hanya gasping), tanpa perlu cek nadi. “look. Listen, and
feel” tidak lagi direkomendasikan.
2.
Kompresi dada
memulai kompresi dada yang efvektif adalah hal yang
fundamental dalam resusitasi cardiac arrest. CPR meningkatkan kesempatan hidup
korban dengan meningkatkan sirkulasi otak dan jantung. Penolong harus memberikan
kompresi dada bagi semua korban cardiac arrest, tanpa menghiraukan skill
penolong, karakteristik korban, ataupun sumber yang tersedia.
Penolong harus fokus dalam memberi CPR berkualitas tinggi
a.
Memberi kompresi dada dengan rate
yang adekuat (100x/m).
b.
Memberi kompresi dada dengan
kedalaman yang adekuat.
·
Dewasa
: minimal 2 inch (5 cm)
·
Bayi
dan anak : bayi, minimal1/3 diameter AP dada. Atau sekitar 2 inch (5 cm) pada
anak.
c.
Memberikan kesempatan recoil dada setiap
setelah kompresi.
d.
Minimalisir interupsi terhadap
kompresi.
e.
Mencegah ventilasi berlebihan
Bila penolong tersedia
banyak, mereka harus berputar tugas (bergiliran) dalam melakukan kompresi dada
setiap 2 menit.
3.
Airway dan ventilasi
Membuka airway (dengan head tilt-chin lift atau jaw thrust)
diikuti rescue breathing yang dapat meningkatkan oksigenasi dan ventilasi. Meskipun
hal ini sulit secara teknis dan memerlukan interupsi kompresi dada, terutama
bagi penolong sendirian dan belum terlatih. Karena itu, penolong tidak terlatih
hanya memberikan kompresi. Penolong yang mampu harus membuka airway dan memberi
bantuan nafas dengan kompresi dada. Ventilasi
harus diberikan bila dicurigai asfiksia sebagai penyebab cardiac arrest nya
(bayi, anak, dan korban tenggelam).
Saat advance airway terpasang. Ventilasi diberikan teratur 1
nafas setiap 6-8 detik. ( 8-10 nafas/ menit). Dan kompresi dada dapat diberikan
tanpa interupsi.
4.
Defibrillasi
Kesempatan bertahan hidup pasien cardiac arrest akan
berkurang bila interval antara arrest dan
defibrillasi meningkat. Dan hasil defibrillasi akan meningkat bila
interupsi (untuk cek nadi, mengkaji irama jantung, defibrillasi, atau
pemasangan advance airway) terhadap kompresi dijaga tetap minimal.
Kunci dalam meningkatkan kualitas CPR pada pasien dewasa, anak dan bayi.
Hal hal yang harus diperbaiki dan
ditingkatkan :
1.
Pengenalan dini
a. Gagal mengenali gasping sebagai
sebagai tanda cardiac arrest.
b. Cek nadi yang lama. (karena tidak
terlatih atau tidak percaya diri0
2.
Memulai CPR
a. Respon petugas yang menghadapi pasien
lambat.
b. Intruksi dari operator gaawat darurat
yuang tidak tepat.
3.
Rate kompresi
a. Rate komprresi lambat
4.
Kedalaman kompres
a. Kompresi dangkal
5.
Recoil dinding dada
a. Penolong bersandar (menahan dada
pasien). Sehingga recoil terganggu.
6.
Interupsi terhadap kompresi
interupsi yang berlebihan karena:
a. Cek nadi dan irama jantung.
b. Ventilasi.
c. Defibrillasi.
d. Intubasi.
e. Akses iv.
f.
Dan
lain-lain.
7.
Ventilasi
a. Ventilasi yang tidak efektif.
b. Interupsi yang terlalu lama terhadap
kompresi dalam memberikan ventilasi.
c. Ventilasi yang berlebihan ( terutama
pada advance airway)
8.
Defibrillasi
a. Waktu yang terlalu lama untuk menyediakan
dan menyiapkan defibrillator.
b. Interupsi yang terlalu lama terhadap
kompresi dada pre dan post shock.
9.
Performa team
a. Terlambat rotasi (berganti),
menyebabkan kelelahan pada penolong, dan menurunkan kualitas kompresi dada.
b. Komunikasi yang buruk antar anggota
team,menyebabkan interupsi yang tidak perlu terhadap kompresi.
RELATED ARTICLE
intervensi klien dengan shock
CPR lebih dari 20 menit tidak sia-sia
Cardiopolmunary Resuscitation
TRACEOSTOMY dini tidak menguntungkan
PENILAIAN NYERI SECARA NONVERBAL
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KLIEN DENGAN SVT
INTUBASI TRAKHEA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar