Gangguan Keseimbangan Asam Basa
A.
Penilaian Ketidakseimbangan asam basa
Awali
dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1. Teliti riwayat klinis dari
perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan asam basa.
Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari
berbagai gangguan asam basa.
Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat
diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan
gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan
asam basa tidak jelas dan non spesifik.
Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien diabetes dapat merupakan tanda kompensasi
pernafasan terhadap asidosis metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan
laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah kepada proses
penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis
metabolik.
Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan
insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai
asidosis metabolik.
4. Menilai variabel-variabel
asam basa untuk mengetahui tipe gangguan.
·
Jika menurun, pasien mengalami asidemia dengan dua sebab yang
mungkin : asidosis metabolik atau asidosis respiratorik.
·
Jika meningkat, pasien mengalami alkalemia dengan dua sebab
yang mungkin : alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik.
·
Ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang
memulihkan PH kembali normal sehingga jika ditemukan PH yang normal meskipun
ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3
,mungkin ada gangguan campuran ; contohnya seorang pasien dengan
asidosis respiratorik yang bercampur dengan alkalosis metabolik mungkin akan
mempunyai PH yang normal.
b. Perhatikan variabel pernafasan
(PaCO2) dan metabolik HCO3 yang
berhubungan dengan PH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
bersifat respiratorik, metabolik atau
campuran.
·
Apakah PaCO2 normal (40 mmHg), meningkat atau menurun ?
·
Apakah HCO3
normal (24 mEq/L), meningkat atau menurun ?
·
Tambahan : apakah ada kelebihan atau kekurangan basa ?
·
Pada gangguan asam basa sederhana,
PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah
yang sama.
·
Penyimpangan dari PaCO2 dan HCO3 dalam darah yang berlawanan menunjukkan
adanya gangguan asam basa campuran.
·
Cobalah untuk menduga campuran primer dengan menghubungkan
hasil pemeriksaan yang ditemukan dengan keadaan klinis.
c.
Perkirakan respon kompensatorik yang bakal terjadi pada
gangguan asam basa primer.
·
Jika respon kompensatorik lebih berat atau ringan dari pada
yang diperkirakan, mungkin ada gangguan asam basa campuran (normogram asam basa
juga dapat digunakan untuk mengetahui gangguan asan basa campuran)
·
Hitung selisih (gap) anion plasma.
·
Jika meningkat ( >16 mEq/l ), mungkin sekali terjadi
acidosis metabolik.
·
Bandingkan besarnya penurunan HCO3 plasma dengan peningkatan selisih anion :
seharusnya sama besar.
·
Jika peningkatan
< dari selisih anion penurunan HCO3
, mungkin komponen dari acidosis metabolik disebabkan oleh kehilangan
HCO3.
·
Jika peningkatan selisih dari anion jauh lebih besar
dari penurunan HCO3 berarti ada
alkalosis metabolik yang menyertainya.
d. Buat penafsiran tahap
akhir.
·
gangguan asam-basa sederhana
Ø Akut (tidak terkompensasi)
atau
Ø Kronik (sebagian atau
sepenuhnya terkompensasi )
·
Gangguan asam-basa campuran
·
Asidosis metabolik dengan selisih anion normal atau lebar.
B.
Kelainan yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa
1. Asidosis Metabolik (kekurangan bikarbonat =HCO3 )
Penurunan primer kadar bikarbonat sehingga terjadi
penurunan PH ( peningkatan ion H) . HCO3
di ECF =22 mEq/L dan PH =7,35. Kompensasi pernafasan segera
dimulai untuk menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi sehinga asidosis
metabolik jarang terjadi secara akut.
Sebab-sebab
Asidosis Metabolik.
1. Selisih anion normal
(hiperkloremik)
a. Kehilangan bikarbonat
1) Kehilangan melalui saluran cerna :
·
Diare
·
Ilieotomi ; fistula pankreas, kantong empedu atau usus halus.
·
Ureterosigmoidostomi
2) Kehilangan melalui ginjal :
·
Asidosis tubulus proksimal ginjal (RTA)
·
Inhibitor Karbonik Anhidrase (Asetazolamid)
·
Hipoaldosteronisme
b. Peningkatan beban asam
1) Amonium klorida (NH4Cl ---> NH3 + HCl )
2) Cairan-cairan
hiperalimentasi
c. Lain-lain
Pemberian
IV larutan garam secara cepat .
2. Selisih anion meningkat
a.
Peningkatan produksi asam :
·
Asidosis laktat : laktat (perfusi jaringan atau aksigenasi
yang tidak memadai seperti pada syok atau henti kardiopulmonar)
·
Ketoasidosis diabetik : Beta-hidroksibutirat.
·
Kelaparan: peningkatan asam - asam keto
·
Intoksikasi alkohol : peningkatan asam-asam keto
b.
Menelan substansi toksik
·
Kelebihan dosis salisilat : Salisilat, laktat, keton
·
Metanol atau formaldehid : formad
·
Etilglikol (antibeku) : oksilat, glikolat
c.
Kegagalan ekskresi asam :
tidak adanya ekskresi NH4 ;
retensi asam sulfat dan asam fosfat
d.
gagal ginjal akut dan kronik
·
Keadaan sebelum terjadi asidosis metabolic, Keton dan peningkatan Cl menggganti ion bikarbonat
·
Keadaan asidosis metabolic
·
Usaha kompensasi tubuh, Paru mengeluarkan banyak CO2 . Ginjal menahan Bikarbonat
, mengeluarkan H+, dan anion lain, urin asam.
·
Keadaan sesudah pengobatan NaHCO3, larutan laktat diberikan I
V
2. Alkalosis metabolik (kelebihan
bikarbonat)
peningkatan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga
terjadi peningkatan Ph (penurunan H ).
HCO3 di ECF = 2,6 mEq/l dan PH = 7,45. Kompensasi pernapasan berupa
peningkatan Pa CO2 dengan hipoventilasi ; akan tetapi tingkat hipoventilasi
adalah terbatas karena paenapasan terus berjalan karena dorongan hipoxia.
Sebab-sebab alkalosis metabolik
Kehilangan
H dari ECF.
1.
Kehilangan melalui saluran cerna (berkurangnya volume ECF)
a. Muntah atau penyedotan
nasogastrik
b. Diare dengan kehilangan klorida
2. Kehilangan melalui ginjal
a. Diuretik simpai atau
tiazid (pembatasan NaCl + berkurangnya ECF)
b. Kelebihan
mineralokortikoid
Hiperaldosteronisme
Sindrom Cushing (tekanan darah meningkat, denyut nadi
menurun (bradikardia), ganguan pola napas); terapi kortikosteroid eksogen
Makan licorice
berlebihan
c.
Karbenisillin atau penicillin dosis tinggi
Retensi HCO3
1. Pemberian Natrium
Bikarbonat berlebihan
2. Sindrom susu alkali
(antasid, susu, natrium bikarbonat)
3. Darah simpan (sitrat) yang
banyak (>8unit)
4. Alkalosis metabolik
hiperkapnia (setelah koreksi pada asidosis respiratorik kronik).
5. Ventilasi mekanis:
penurunan yang cepat dari PCO2 tapi HCO tetap tinggi sampai ginjal mengeksekresi
kelebihannya.
Asidosis
metabilok yang responsif terhadap Klorida (Cl Kemih 10 mEq/l) Biasanya disertai
penurunan ECF
·
Muntah atau penyedotan Nasogastrik
·
Diuretik
·
Pasca-hiperkapnea
Asidosis
metabolik yang resisten terhadap klorida(Cl
kemih 20 mEq/l) Biasanya tidak disertai penurunan
Volume ECF
·
Kelebihan mineralokortikoid
·
Keadaan Edematosa (gagal jantung kongestif, sirosis, sindrom
nefrotik).
a.
Keseimbangan sebelum terjadi Alkalosis metabolic
b.
Keadaan Alkalosis Metabolik
Bikarbonat meningkat karena kehilangan
Cl atau karena makan banyak Na bikarbonat
|
c.
Usaha Kompensasi tubuh
Paru menahan CO2 ginjal mengeluarkan ion bikarbonat dan
menahan ion H + dan ion-ion lain
Urin menjadi basa
d. Keseimbangan setelah
pengobatan
Pemberian
larutan yang mengandung Cl , atau
NH4Cl
|
3. Asidosis Respiratorik (Kelebihan asam
karbonat)
Ditandai
dengan peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan
PH; PaCO2 > 45 mmHg dan PH . 7,35.
Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3 serum. Asidosis respirasi dapat timbul secara
akut maupun kronik. Hipoksemia (PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis
respiratorik. Jika pasien bernafas dalam udara ruangan.
Sebab-sebab
asidosis respiratorik (sebab dasar = Hipoventilasi)
·
Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata
·
Obat-obatan : Kelebihan dosis opiat, sedatif, anestetik
(akut)
·
Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik
·
Henti jantung (akut)
·
Apnea saat tidur
·
Gangguan otot-otot pernafasan dan dinding dada
·
Penyakit neuromuskuler : miastenia gravis, sindrom
guillain-Barre, poliomielitis, sklerosis lateral amiotropik.
·
Deformitas rongga dada : kifoskoliosis
·
Obesitas yang berlebihan : sindrom pickwikian
·
Cedera dinding dada seperti patah tulang-tulang iga
·
Gangguan pertukaran gas
·
PPOM (emfisema dan bronkitis)
·
Tahap akhir penyakit paru intrinsik yang difus
·
Pneumonia atau asthma yang berat
·
Edema paru akut
·
Pneumotorak
·
Obstruksi saluran nafas atas yang akut
·
Aspirasi benda asing atau muntah
·
Laringospasme atau edema laring, bronkospasme berat
a. Keseimbangan Sebelum
Asidosis
b. Keadaan Asidosis Paru
menahan CO2
c.
Usaha Kompensasi tubuh
Ginjal menahan bikarbonat mengeluarkan
H+ dan Anion lain
Urin menjadi asam
4. Alkalosis respiratorik (kekurangan
asam karbonat)
Penurunan
primer dari PaCO2 (hipokapnea) sehinggan terjadi penurunan PH. PaCO2 < 35
mmHG > 7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorbsi HCO3 . Penurunan HCO3 serum berbeda-beda, tergantung apakah
keadaanya akut atau kronik.
Sebab-sebab
alkalosis Respiratorik (sebab dasar =hiperventilasi)
Ø Perangsangan sentral
terhadap pernafasan
Ø Hiperventilasi psikogenik yang
disebabkan oleh stres emosional
Ø Keadaan hipermetabolik :
demam, tirotoksikosis
Ø Gangguan SSP
Ø Cedera kepala atau
gangguan pembuluh darah otak
Ø Tumor otak
Ø Intoksikasi salisilat
(awal)
Ø Hipoksia
Ø Pneumonia, asma, edema
paru
Ø Gagal jantung kongestif
Ø Tinggal ditempat yang
tinggi
Ø Ventilasi mekanik yang
berlebihan
Ø Mekanisme yang belum jelas
a. Keseimbangan sebelum
terjadi alkalosis respiratorik
b. Keadaan alkalosis
respiratorik
Paru mengeluarkan banyak CO2, pernafasan hiperaktif.
c.
Usaha kompensasi tubuh
Ginjal mengeluarkan ion bikarbonat, menahan H+ dan anion
lain, urin basa
d. Keseimbangan setelah
pengobatan
Larutan mengandung Cl
Gangguan
asam basa campuran
Gangguan
asam basa campuran adalah keadaan dimana terdapat satu atau lebih gangguan asam
basa sederhana yang terjadi bersama-sama.
Gangguan
ganda
|
Sebab-sebab
yang sering
|
Efek
aditif pada perubahan PH
|
|
Asidosi
metabolik + asidosis respiratorik PaCO2 terlalu tinggi HCO3 terlalu rendah pH sangat rendah
|
Henti
kardiopulmonar
Pasien
PPOM yang mengalami syok
Gagal
ginjal kronik dengan kelebihan volume dan edema paru
Pasien
dengan ketoasidosis diabetik yang mendapat narkotik kuat atau barbiturat.
|
Alkalosis
metabolik + Alkalosis respiratirik PaCO2
terlalu rendah HCO3 terlalu
tinggi pH sangat tinggi
|
Pasien PPOM yang mendapat ventilasi berlebuhan lewat
Ventilator mekanik
Pasien
hiperventilasi dengan gagal jantung kongestif atau sirosis hati yang
munyah-muntah atau mendapat pengobatan dengan deuretik kuat atau penyedotan
nasogastrik
Pasien cedera kepala dengan hiper ventilasi
yang mendapat deuretik
|
Efek
yang mengukuti perubahan pH
|
|
Asidosis
metabolik + Alkalosis respiratorik PCO2
terlalu rendah HCO3 terlalu
rendah pH mendekati normal
|
Asidosis
laktat sebagai komplikasi syok septik
Sindrom
hepato renal
Intoksikasi
salisilat
|
Alkalosis metabolik + Asidosis respiratorik PaCO2
terlalu tinggi HCO3 terlalu tinggi pH mendekati normal
|
Pasien
PPOM yang muntah atau yang menjalani penyedotan nasogastrik atau deuretik
kuat
Sindrom
distres paru dewasa
|
Tabel
gangguan keseimbangan asam basa
Asidosis Respiratorik
Penyebab
: Hiperventiasi
Hasil
: HCO3 24,0 mEq/L
H2CO3 2,7 mEq/L
Rasio 8,8 : 1
PCO2 90,0 mmHg
PH 7,2
Mekanisme
kompensasi :
Meningkatkan
respirasi, Amonia ginjal dan ekskresi
asam meningkat, penahanan ginjal ; dominasi buffer basa
Hasil
: HCO3 38,1 mEq/L
H2CO3 2,5 mEq/L
Rasio 15,2 : 1
PCO2 80,0 mmHg
PH 7,3
|
Alkalosis
Metabolik
Penyebab
: Muntah, pengeluaran cairan lambung, over dosis NaHCO3, terapi diuretik
berlebihan dengan kehilangan asam
Hasil
: HCO3 38,0 mEq/L
H2CO3 1,2
mEq/L
Rasio 31,6 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,6
Mekanisme
kompensasi :
Pernafasan
lambat, dangkal , Peningkatan ekkresi bikarbonat pada ginjal, penahanan asam
; dominasi buffer asam
Hasil
: HCO3 34,5 mEq/L
H2CO3 1,33 mEq/L
Rasio 25,9 : 1
PCO2 45,0 mmHg
PH 7,5
|
||
NORMAL
HCO3 + :
H2CO3 :
Rasio :
PCO2 :
PH :
|
24,0
mEq/L
1,2 mEq/L
20
: 1
40,0
mmHg
7,4
|
||
Asidosis Metabolik
Penyebab
: asidosis nefritis (penurunan
eksresi metabolisme asam ), asidosis diabetik (pengeluaran produksi
metabolisme asam), diare, fistula pencernaan (kehilangan bikarbonat utama)
Hasil
: HCO3 15.0 mEq/L
H2CO3 1,2
mEq/L
Rasio 12,5 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,2
Mekanisme
kompensasi :
Peningkatan
respirasi, peningkatan amonia di ginjal, peningkatan ekskresi asam, penahanan
bikarbonat : dominasi buffer asam
Hasil
: HCO3 17,2 mEq/L
H2CO3 0,9 mEq/L
Rasio 19 : 1
PCO2 30,3 mmHg
PH 7,38
|
Alkalosis
Respiratorik
Penyebab
: Hiperpnea , demam
Hasil
: HCO3 24,0 mEq/L
H2CO3 0,6 mEq/L
Rasio 40 : 1
PCO2 20,0 mmHg
PH 7,55
Mekanisme
kompensasi :
Penurunan
respirasi, peningkatan ekskresi bikarbonat diginjal, penahanan asam :
dominasi buffer asam
Hasil
: HCO3 20,0 mEq/l
H2CO3 0,8 mEq/L
Rasio 25 : 1
PCO2 25,0 mmHg
PH 7,52
FIK UI B’ 95
|
||
INTERVENSI
KEPERAWATAN
A.
Asidosis Metabolik
1.
Independen
Monitor
tekanan darah, frekwensi nadi / ritme
Kaji
tingkat kesadaran dan catat perubahan progresif, kondisi neuromuskuler misalnya
: kekuatan, tonus otot, pergerakan.
Bila
terjadi koma, lakukan : tempat tidur direndahkan, gunakan penghalang tempat
tidur, observasi yang sering.
Observasi respirasi mengenai jumlah dan kedalamannya.
Kaji
temperatur kulit : warna dan perfusi jaringan
Auskultasi
bunyi bising usus
Monitor
intake dan out put serta berat badan setiap hari
Tes
atau monitor PH urine
Jaga
kebersihan mulut dengan kumur cairan sodium bikarbona, lemon atau boraks
gliserin
2.
Kolaborasi
Bantu
dengan mengidentifikasi / mengobati sesuai penyebabnya
Monitor
analisa gas darah
Monitor
serum elektrolit dan potasium
Berikan
cairan sesuai indikasi, tergantung pada etiologi antara lain Dekst. 5 %/saline
solution
Berikan
obat-obatan sesuai dengan indikasi antara lain :
Sodium
bikarbonat/laktat atau saline melalui intra vena (mengoreksi defisit
bikarbonat/mengoreksi asidosis dengan PH , 7,2)
Potasium
clorida (defisit serum)
Phospat
(kronik asidosis dengan hipophopatemia)
Calsium
(fungsi neuro muskuler)
Modifikasi
diet sesuai dengan indikasi, contohnya : Diet rendah protein, tinggi
karbohidrat bila terdapat gagal ginjal atau diabetes.
Laksanakan
terapi dralisil bila diindikasikan
B.
Alkalosis Metabolik
1.
Independen
Monitor
jumlah pernafasan, ritme dan kedalamannya
Monitor
jumlah nadi dan ritmenya
Monitor
intake dan out put serta berat badan tiap hari
Batasi
intake oral dan kurangi stimulus lingkungan, lakukan suction secara intermiten
bila terpasang NGT, irigasi/bilas lambung dengan cairan isotonik
Anjurkan
intak cairan dan makanan tinggi potasium dan kalsium sedapat mungkin
(tergantung pada tingkat kalsium dan potasium dalam darah), contohnya : buah
anggur dan buah apel, pisang, Cauli flower (kembang kol), buah kering
(manisan), kolang-kaling, biji gandum.
Lanjutkan
pemberian terapi diuretik secara teratur, contoh lasik, etherynic acid.
Instruksikan
pasien untuk mencegah hilangnya, sejumlah bikarbonat (anjurkan pasien untuk
minum susu)
2.
Kolaborasi
Bantu
dengan mengidentifikasi/mengobati sesuai penyebabnya
Analisa
gas darah, serum elektrolit, BUN
Berikan
obat-obatan
Sodium
clorida/cairan ringer laktat secara intra vena jika tidak ada kontra indikasi.
Amonium
clorida atau arginin hidroklorida untuk
mencegah penurunan PH
Potasium
clorida untuk mengatsi hipokalemia
Diamox
Spironolakton
Cegah
atau batasi pengguanan sedatif/penenang
Anjurkan/laksanakan
pemberian cairan secara intra vena
Berikan
oksigen sesuai indikasi dan obat-obatan respiratori untuk mengatasi kondisi
ventilasi
Bantu
dengan dialisis jika diperlukan
C.
Asidosis Respiratori
1.
Independen
Monitor
jumlah pernafasan, kedalaman dan kesulitan pasien bernafas (cuping hidung)
Auskultasi
suara nafas
Kaji
penurunan tingkat kesadaran
Monitor
denyut nadi dan ritmenya
Catat
warna kulit dan kelembabannya
Anurkan
pasien untuk batuk dan nafas dalam, tempatkan pada posisi semifowler, lakukan
suction jika perlu, berikan nafas tambahan/oksigen sesuai indikasi
2.
Kolaborasi
Bantu
dengan mengidntifikasi/mengobati sesuai penyebabnya
Monitor
analisa gas darah dan kadar serum elektrolit
Berikan
oksigen sesuai indikasi melalui masker, kanule atau ventrilasi
mekanik/ventilator
Tingkatkan
jumlah pernafasan atau tidal volume
Berikan
obat sesuai indikasi antara lain :
Naloxane
hidroclorida (narcan) untuk menstimulasi fungsi pernafasan dalam pasien
menggunakan obat sedatif
Sodium
bikarbonat
Cairan
IV seperti RL atau 0,6 M cairan Na lactal
Potasium
clorida
Batasi
pengguanan obat penenang atau tranquillizer
Jaga
kelembaban dengan menggunakan humidikasi
Berikan chist terapi dada termasuk di dalamnya postural
drainage
Bantu
dengan alat bantu ventilator jika perlu
D.
Alkalosis Respiratori
1. Independen
Monitor
jumlah pernafasan, kedalaman dan usahanya/kesulitan pasien bernafas (cuping
hidung dll)
Pastikan
penyebab hiperventilasi jika mungkin seperti kecemasan, nyeri
kaji
tingkat kesadaran dan catat status neuromuskuler
Ajarkan
pasien cara bernafas yang benar dan bantu pasien jika menggunakan alat bantu pernafasan, misalnya masker
Bantu
Pasien untuk bersikap tenang
Berikan
pengaman bila perlu, misal tempat tidur direndahkan, penghalang tempat tidur dan observasi yang sering
2.
Kolaborasi
Bantu
dengan mengidentifikasi/mengobati sesuai dengan penyebab
Monitor
analisa gas darah
Monitor
serum potasium
Berikan
sedativ jika ada indikasi
Gunakan
alat bantu pernafasan masker untuk mempertahankan/mengembalikan CO2. Kurangi
frekwensi nafas/tidal volume dengan alat bantu ventilator.
RELATED ARTICLE
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KLIEN DENGAN DIC
HIPOKSEMIA PASCA BEDAH
Laporan Pendahuluan dan Askep Klien dengan Gangguan Cairan Dan Elektrolit
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KLIEN DENGAN HEMODIALISA
BUKU belajar ekg strip secara ringkas
RELATED ARTICLE
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KLIEN DENGAN DIC
HIPOKSEMIA PASCA BEDAH
Laporan Pendahuluan dan Askep Klien dengan Gangguan Cairan Dan Elektrolit
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KLIEN DENGAN HEMODIALISA
BUKU belajar ekg strip secara ringkas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar