ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
CEREBRO VASCULAR ACCIDENT INFARK +
HIPERTENSI HEART FAILURE + ACUT LUNG OEDEMA DAN GAGAL NAFAS
DEFINISI
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi
awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu
bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya
sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain
dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda
Juall Carpenito, 1995).
Menurut
WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan
tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan stroke antara lain :
1. THROMBOSIS CEREBRAL.
Thrombosis ini
terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan
thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadi thrombosis.
- Merupakan tempat terbentuknya thrombus,
kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang
pada arteri )
2.
EMBOLI
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat
dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat
Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, Keadaan aritmia
menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan
non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. HAEMORHAGI
Perdarahan intrakranial atau intraserebral
termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan
otak yang paling lazim terjadi :
a.
Aneurisma
Berry,biasanya defek kongenital.
b.
Aneurisma fusiformis dari
atherosklerosis.
c.
Aneurisma
myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d.
Malformasi
arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena.
e.
Ruptur arteriol serebral,
akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4.
HYPOKSIA UMUM
a.
Hipertensi yang parah.
b.
Cardiac Pulmonary Arrest
c.
Cardiac output turun akibat
aritmia
5.
HIPOKSIA SETEMPAT
a.
Spasme arteri serebral, yang
disertai perdarahan subarachnoid.
b.
Vasokontriksi arteri otak
disertai sakit kepala migrain.
FAKTOR
RESIKO
Faktor-faktor
resiko stroke dapat dikelompokan sebagai berikut :
1.
Akibat
adanya kerusakan pada arteri, yaitu usia, hipertensi dan DM.
2.
Penyebab timbulnya thrombosis,
polisitemia.
3.
Penyebab emboli MCI. Kelainan
katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya.
4.
Penyebab haemorhagic, tekanan
darah terlalu tinggi, aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan
darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan).
5.
Bukti-bukti yang menyatakan
telah terjadi kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit jantung
angina, TIA, suplai darah menurun pada ektremitas.
Dari hasil data penelitian di Oxford, Inggris bahwa
penduduk yang mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut :
1.
Tekanan darah tinggi tetapi
tidak diketahui 50-60%
2.
Iskemik Heart Attack 30%
3.
TIA 24%
4.
Penyakit arteri lain 23%
5.
Heart Beat tidak teratur 14%
6.
DM 9%
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang
selama ini dianggap berperan dalam meningkatkan prevalensi stroke ternyata
tidak ditemukan pada penelitian tersebut di antaranya, adalah:
1.
Merokok, memang merokok dapat
merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya itu.
2.
Latihan, orang mengatakan bahwa
latihan dapat mengurangi resiko terjadinya stroke. Namun dalam penelitian
tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara langsung. Walaupun memang latihan yang
terlalu berat dapat menimbulkan MCI.
3.
Seks dan seksual intercouse,
pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan stroke tetapi untuk
MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita.
4.
Obesitas. Dinyatakan kegemukan
menimbulkan resiko yang lebih besar, namun tidak ada bukti secara medis yang
menyatakan hal ini.
5.
Riwayat keluarga.
Klasifikasi:
1.
Stroke dapat
diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
a.
Stroke Haemorhagi,
Merupakan
perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b.
Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa
iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2.
Menurut perjalanan
penyakit atau stadiumnya:
a.
TIA
(Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang
timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.
Stroke involusi : stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin
berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c.
Stroke komplit: dimana gangguan
neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya
stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai
darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor
seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke
otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus
mengakibatkan ;
1.
Iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2.
Edema
dan kongesti disekitar area.
Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan, CVA. Karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan meyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
Gagal nafas yang terjadi pada klien dengan
Hipertensi Heart Failure merupakan suatu proses sistematis yang biasanya
merupakan peristiwa yang panjang dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung
yang memicu terjadinya bendungan pada paru sehingga terjadi "dead
space" yang berakibat kegagalan ventilasi alveolar.(Paul L.Marino 1991)
Gambar
1. Proses terjadinya berbagai masalah keperawatan pada klien dengan HHF, Oedema
paru dan gagal nafas
Perbedaan antara infark dan perdarahan otak
sebagai berikut :
Gejala(anamnesa)
|
Infark
|
Perdarahan
|
Permulaan
Waktu
Peringatan
Nyeri Kepala
Kejang
Kesadaran
menurun
|
Sub akut
Bangun pagi
+ 50% TIA
-
-
Kadang sedikit
|
Sangat akut
Lagi aktifitas
-
+
++
+++
|
Gejala Obyektif
Koma
Kaku kuduk
Kernig
pupil edema
Perdarahan Retina
Pemeriksaan Laboratorium
Darah pada LP
X foto Skedel
Angiografi
CT Scan.
|
Infark
+/-
-
-
-
-
-
+
Oklusi, stenosis
Densitas berkurang
|
Perdarahan
++
++
+
+
+
+
Kemungkinan pergeseran glandula
pineal
Aneurisma
AVM. massa intra hemisfer/vasospasme.
Massa intrakranial densitas bertambah.
|
Perbedaan
Perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala
|
PIS
|
PSA
|
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda rangsangan Meningeal.
Hemiparese
Gangguan saraf otak
|
Dalam
1 jam
Hebat
Menurun
Umum
+/-
++
+
|
1-2 menit
Sangat hebat
Menurun sementara
Sering fokal
+++
+/-
+++
|
Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena
tanda dan gejala dapat berupa:
1.
Stroke hemisfer Kanan
a.
Hemiparese sebelah kiri tubuh.
b.
Penilaian buruk
c.
Mempunyai kerentanan terhadap
sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut.
2.
Stroke yang Hemifer kiri
- Mengalami hemiparese kanan
- Perilaku lambat dan sangat hati-hati
- Kelainan bidang pandang sebelah kanan.
- Disfagia global
- Afasia
- Mudah frustasi
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Rontgen kepala dan medula
spinalis
2.
Elektro encephalografi
3.
Punksi lumbal
4.
Angiografi
5.
Computerized Tomografi Scanning
( CT. Scan)
6.
Magnetic Resonance Imaging
Penatalaksanaan Stroke
Untuk
mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1.
Berusaha
menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a.
Mempertahankan
saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b.
Mengontrol tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan
hipertensi.
2.
Berusaha menemukan dan
memperbaiki aritmia jantung.
3.
Merawat kandung kemih, sedapat
mungkin jangan memakai kateter.
4.
Menempatkan pasien dalam posisi
yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2
jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1.
Vasodilator meningkatkan aliran
darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia
belum dapat dibuktikan.
2.
Dapat diberikan histamin,
aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3.
Anti agregasi thrombosis
seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis
yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran
darah serebral :
1.
Endosterektomi karotis
membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
2.
Revaskularisasi terutama
merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3.
Evaluasi bekuan darah dilakukan
pada stroke akut
4.
Ugasi arteri karotis komunis di
leher khususnya pada aneurisma.
Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin
akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1.
Berhubungan dengan immobilisasi
; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan
thromboflebitis.
2.
Berhubungan dengan paralisis:
nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3.
Berhubungan
dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
4.
Hidrocephalus.
Pengkajian
A.
Pengkajian Data Dasar
a.
Identitas:
b. Keluhan utama : Jantung berdebar-debar dan nafas sesak
c.
Riwayat keperawatan :
Klien
merasakan jantungnya sering berdebar-debar dan nafas menjadi sesak dan terasa
lelah jika beraktivitas.. Riwayat hipertensi, DM, Asthma, Riwayat MRS
1.
Aktivitas/istirahat :
Klien akan
mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2.
Sirkulasi
Adanya riwayat
penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. dan
hipertensi arterial.
3.
Integritas Ego.
Emosi labil,
respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
4.
Eliminasi
Perubahan
kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung
kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5.
Makanan/cairan :
Nausea,
vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia.
6.
Neuro Sensori
Pusing, sinkope,
sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan
berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit.
Hilangnya daya
sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada
sisi yang sama di muka.
7.
Nyaman/nyeri
Sakit kepala,
perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8.
Respirasi
Ketidakmampuan
menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Aspirasi irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
9.
Keamanan
Sensorik motorik
menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan
persepsi dan orientasi
Tidak mampu
menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi
Tidak mampu
mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam
bicara
Ketidakmampuan
berkomunikasi
11.Belajar mengajar
Pergunakan alat
kontrasepsi
Pengaturan
makanan
Latihan untuk
pekerjaan rumah.
d.
Data keperawatan
1.
Sistem pernafasan
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
S :
Sesak nafas sejak, pusing PaO2 < 95 % bertambah sesak jika bergerak atau
kepala agak rendah, batuk (+) sekret berbuih, Blood Gas Analysis tidak normal
O : RR >20 X/mnt, Rh , Wh , Retraksi otot
pernafasan, produksi sekret banyak
|
Dekompensasi ventrikel kiri
¯
Bendungan
paru
(oedema
paru)
|
Resiko
tinggi terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
|
2.
Sistem kardiovaskuler
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
S : Kepala pusing, jantung berdebar-debar,
badan terasa lemah, kaki bengkak s
O : Bendungan vena jugularis (+), S1S2 ireguler S3 (+), Ictus kordis
pada pada iccs 5-6, bergeeser ke kiri,
Acral dingin, keluar keringat dingin, Kap.refill > 1-2dt
|
Dekompensasi
kordis
¯
penurunan
kontraktilitas jantung
¯
penurunan
tekanan darah
¯
Syok
¯
Ggn
perfusi ke jaringan
|
Gangguan
perfusi jaringan
|
3.
Rasa aman
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
S :
Gelisah, mengeluh nyeri dan rasa tidak enak
O : Tidak tenang, ingin mencabut alat yang
terpasang,
|
Persaan tidak enak kaena terpasang alat
ventilator,
¯
aktivitas
tak terkontrol
¯
Resiko
terjadi trauma
|
Resiko
terjadi trauma
Cemas
|
S :
Gelisah,
O : Tidak tenang, ingin mencabut alat yang
terpasang
|
Ruangan dengan berbagai alat
Suara monitor penyakit yg mengancam jiwa
¯
Lingkungan
yang asing
¯
cemas
|
Cemas
Gangguan
komunikasi verbal
|
Prioritas Keperawatan
1.
Meningkatkan
perfusi serebri dan oksigenasi yang adekuat.
2.
Mencegah
dan meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan permanen.
3.
Membantu
pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4.
Memberikan dukungan terhadap
proses mekanisme koping dan mengintegrasikan perubahan konsep diri.
5.
Memberikan
informasi tentang proses penyakit, prognosis, pengobatan dan kebutuhan
rehabilitasi.
Tujuan Akhir keperawatan
1.
Meningkatnya
fungsi serebral dan menurunnya defisit neurologis.
2.
Mencegah/meminimalkan
komplikasi.
3.
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
baik oleh dirinya maupun orang lain.
4.
Mekanisme
koping positip dan mampu merencanakan keadaan setelah sakit
5.
Mengerti
terhadap proses penyakit dan prognosis.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Dx.1. Gangguan ferfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi otak,
perdarahan, vasospasme dan edema otak.
Tujuan
a.
Mempertahankan/meningkatkan
tingkat kesadaran, kognitif, dan fungsi motorik sensorik
b.
Menunjukan
kestabilan tanda-tanda vital dan tidak adanya peningkatan TIK.
c.
Menunjukan berkurangnya
kerusakan/defisit.
Intervensi
a.
Tentukan faktor penyebab
gangguan yang berhubungan dengan situasi individu, penyebab koma, penurunan
perfusi serebral dan potensial peningkatan TIK.
Penyebab menentukan
intervensi yang akan dilaksanakan. Perubahan tanda-tanda neurologis atau
kegagalan setelah serangan mungkin memerlukan tindakan pembedahan serta
memerlukan perawatan kritis untuk memonitor TIK.
b.
Monitor status neurologi dan
bandingkan dengan standar
Kaji perubahan
status kesadaran dan potensial terjadinya peningkatan TIK berguna untuk menentukan
lokasi, penyebaran dan kerusakan syaraf kranial. Dapat pula memperkirakan
peningkatan TIK yang mungkin berhubungan dengan thrombosis CVA.
c.
Monitor vital sign: hipertensi
atau hipotensi, bandingkan tekanan antara kedua lengan.
Gejala yang
bervariasi dapat terjadi karena penekanan cerebral atau adanya cedera pada area
vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi dapat merupakan faktor pencetus,.
Hipotensi dapat terjadi karena syok atau kolapsnya sirkulasi. Peningkatan TIK
terjadi karena edema jaringan, atau formasi bekuan. Bendungan pada arteri
subklavial dapat tejadi karena perbedaan tekanan pada kedua lengan.
d.
Auskultasi denyut jantung dan
irama,serta adanya murmur
Perubahan denyut
jantung terutama bradikardi dapat terjadi karena kerusakan otak. Disritmia dan
mur-mur karena penyakit jantung sebagai pencetus CVA (seperti stroke setelah MI
atau dari disfungsi katup).
e.
Amati
respirasi, bentuk dan irama seperti cheyne stokes.
Ketidakaturan dapat
menunjukan lokasi peningkatan TIK dan membutuhkan intervensi lebih lanjut
meliputi support pernafasan.
f.
Evaluasi pupil, amati ukuran,
ketajaman dan reaksi terhadap cahaya.
Reaksi pupil diatur oleh syaraf ke tiga
kranial (okulomorik) yang menunjukan keutuhan batang otak.ukuran pupil
menunjukan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis. Respon terhadap
cahaya merupakan kombinasi fungsi dari sayaraf ke dua dan ketiga kranial.
g.
Catat perubahan pandangan
seperti pandangan kabur, gangguan lapang pandang dan persepsi pandang
Gangguan spesifik pada penglihatan
dipengaruhi oleh gangguan area otak, prerasaan aman dan dampak dari intervensi.
h.
Posisi kepala ditinggikan
sedikit dengan posisi netral ( hanya tempat tidurnya saja yang ditinggikan )
Menurunkan tekanan artrial dengan membantu
drainase vena dan dapat peningkatkan sirkulasi ferfusi cerebral.
i.
Pertahankan istirahat di tempat
tidur, beri lingkungan yang tenang, batasai pengunjung dan aktivitas sesuai
dengan indikasi. Berikan
latihan di antara periode istirahat batasi durasi pelaksanaan prosedur.
Stimulasi yang terus menerus akan
meningkatkan TIK. Istirahat mutlak dan ketenangan dibutuhkan untuk mencegah
perdarahan kembali pada kasus haemorrhagic.
j.
Cegah mengedan yang terlalu
kuat, bantu dengan latihan nafas.
Valvasa manuver akan meningkatkan TIK dan
berisiko terjadinya perdarahan kembali.
k.
Kaji adanya kaku kuduk,
twitching, kelelahan, iritabilitas dan onset kejang
Merupakan indikasi iritasi meningen terutama
pada perdarahan. Kejang merupakan akibat dari peningkatan TIK.
Kolaborasi :
a.
Berikan oksigen bila ada
indikasi
Menurunkan hipoksemia, yang dapat menyebabkan
vasodilatasi cerebral dan peningkatan tekanan formasi edema.
b.
Berikan pengobatan sesuai
dengan indikasi
Antikoagulan
seperti, warfarin sodium, heparin, antiplatelets agen atau dypridamole.
Biasa digunakan untuk meningkatkan aliran
darah otak dan mencegah terjadinya embolus, kontra indikasi meliputi hipertensi
karena akan meningkatkan resiko perdarahan
c.
Berikan antibiotika seperti
Aminocaproic acid ( amicar )
Digunakan pada kasus haemorhagic, untuk
mencegah lisis bekuan darah dan perdarahan kembali.
d.
Antihypertensi
Digunakan pada hyperteni kronis, karena
managemen secara berlebihan akan meningkatkan perluasan kerusakan jaringan.
e.
Peripheral vasodilator
seperti cyclandilate, papaverin, isoxsuprine
Digunakan untuk meningkatkan sirkulasi
kolteral atau menurunkan vasopasme
f.
Steroid, dexamethazone (
Decadon )
Digunakan untuk mengontrol edema cerebral
g.
Berikan penitoin, Dilantin,
Phenobarbital,
Dapat digunakan untuk mengontrol kejang atau
sebagai sedative action.
h.
Monitor hasil laboratorium sesuai
dengan indikasi seperti prothrombin, LED.
Membantu memberikan
informasi tentang ektivitas pemberian obat.
DX. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
keadaan neurologi muskuler kelemahan , paraestesia, flaciad, paralisis.
Tujuan :
1.
Mempertahankan
posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop.
2.
Mempertahankan
kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain.
3.
Menunjukan
perilaku aktivitas yang lebih baik.
4.
Mempertahankan integritas
kulit.
Intervensi
a.
Kaji
kemampuan fungsional otot, Klasifikasi dengan skala 0-4
Mengidentifikasi
kekuatan /kelemahan dapat membantu memberi informasi yang diperlukan untuk
membantu pemilihan intervensi karena teknik yang berbeda digunakan untuk flacid
dan spastis paralisis.
b.
Rubah posisi tiap 2 jam,
(supinasi, sidelying) terutama pada bagian yang sakit
Dapat menurunkan
resiko iskemia jaringan injury. Sisi yang sakit biasanya kekurangan sirkulasi
dan sensasi yang buruk serta lebih mudah terjadi kerusakan kulit/dekubitus.
c.
Berikan
posisi prone satu atau dua kali sehari jika pasien dapat mentolerir.
Membantu memelihara
fungsi ekstensi panggul dan membantu bernafas.
d.
Mulai
ROM. Aktif/pasif untuk semua ekstremitas. Anjurkan latihan meliputi latihan
otot quadriceps/gluteal ekstensi, jari dan telapak tangan serta kali.
Meminimalkan atropi
otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur, menurunkan resiko
hiperkalsiurea dan osteoporosis pada pasien dengan haemorhagic.
e.
Sangga
ekstremitas pada posisi fungsional, gunakan footboard selama periode placid
paralisis, pertahankan posisi kepala netral.
Dapat mencegah
kontraktur atau footdrop dan memfasilitasi pengembalian fungsi. Flaccid paralisis dapat dikurangi
dengan menyangga kepala, dimana spastis
f.
Gunakan
segitiga penyangga lengan pada pasien dengan posisi tegak
Penggunaan segitiga
penyangga lengan selama masa flaccid paralisis akan menurunkan resiko
subluksasi.
g.
Evaluasi penggunaan dan
kebutuhan terhadap bantuan posisi dan atau pembatas selama fase spastic
paralisis
Kontraktur fleksi
terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari otot ekstensor.
h.
Tempatkan
bantal di bawah aksila sampai lengan bawah
Mencegah abduksi
bahu dan fleksi siku
i.
Elevasi lengan dan tangan
Dapat meningkatkan aliran balik vena dan
mencegah terjadinya formasi edema.
j.
Letakan gulungan padat pada
telapak tangan dengan jari-jari menggengam.
Menurunkan stimulasi fleksi jari-jari dan
memelihara jari dan jempol pada posisi fungsional.
k.
Pertahankan kaki pada posisi
netral dengan trochanter.
Mencegah terjadinya rotasi eksternal pinggul.
l.
Bantu pasien duduk jika
tanda-tanda vital stabil, kecuali pada stroke haemorhagic.
Membantu menstabilkan tekanan
darah, membantu memelihara ekstremitas pada posisi fungsional dan mengosongkan
kandung kemih yang mengurangi terjadinya batu buli-buli dan resiko infeksi
karena stasis urine
m.
Observasi sisi yang sakit
seperti warna, edema, atau tanda lain seperti perubahan sirkulasi.
Jaringan yang edema sangat mudah mengalami
trauma, dan sembuh dengan lama.
n.
Anjurkan pasien untuk membantu
melatih sisi yang sakit dengan ektremitas yang sehat.
Dapat merangsang
bagian yang sakit dan mengoptimalkan bagian yang sehat.
Kolaborasi
1.
Konsul dengan ahli therapi
fisik, untuk latihan aktif, latihan dengan alat bantu dan ambulasi pasien.
Program secara individual akan sesuai dengan
kebutuhan pasien baik dalam perbaikan deficit keseimbangan, koordinasi dan
kekuatan
2.
Bantu
dengan stimulasi elektrik seperti TENS unit sesuai dengan indikasi.
Dapat membantu
pengembalian kekuatan otot dan peningkatan kontrol otot volunter.
3.
Berikan
relaksasi otot, antispasmodik sesuai dengan indikasi seperti baclopen,
dantrolene.
Memperbaiki
spastisitas pada sisi yang sakit.
Dx.3. Gangguan komunikasi
verbal atau tulis berhubungan dengan gangguan sirkulasi cerebral, gangguan
neuromuskuler, kehilangan kontrol tonus otot facial atau oral dan kelemahan
secara umum.
Ditandai dengan
a.
gangguan sirkulasi tidak dapat
berbicara disatria, tidak mampu mengucapkan kata-kata, menyebutkan nama, tidak
mampu mengidentifikasi obyek, menulis atau mengartikan bahasa.
b.
Tidak
mampu berkomunikasi dengan tulisan.
1.
Tujuan
a.
Pasien
dapat menunjukan pengertian terhadap masalah komunikasi
b.
Mampu mengekspresikan
perasaannya.
c.
Mampu menggunakan bahasa
isyarat.
2. Intervensi
Independen
a.
Kaji tipe disfungsi misalnya :
pasien tidak mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak
mengeti bahasa sendiri.
Membantu
menentukan kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan pasien dengan
sebagian atau seluruh proses komunikasi, pasien mungkin mempunyai masalah dalam
mengartikan kata-kata (afasia, wernicke, area dan kerusakan pada area broca)
b.
Bedakan afasia dengan dsiatria
Dapat menentukan
pilihan intervensi pada tipe gangguan.
c.
Dengan
percakapan yang salah dan lengkap
Pasien dapat
kehilangan kemampuan untuk memonitor ucapannya, komunikasinya secara tidak
sadar, dengan melengkapi dapat merealisasikan pengertian pasien
mengklarifikasikan isi/arti
d.
Katakan
untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti tutup matamu dan lihat ke
pintu
Untuk menguji afasia reseptif.
e.
Perintahkan pasien untuk
menyebutkan nama suatu benda yang diperlihatkan.
Menguji afasia,
ekspresif, misalnya pasien dapat mengenal benda tersebut tetapi tidak mampu
menyebutkan namanya.
f.
Perdengarkan bunyi yang sederhana seperti “sh……cat”
Mengidentifikasi disatria komponen berbicara
(lidah, gerakan bibir, kontrol pernafasan dapat mempengaruhi artikulasi dan
mungkin tidak terjadinya afasia ekspresif).
g.
Suruh
pasien untuk menulis nama atau kalimat pendek, bila tidak mampu untuk menulis
suruh pasien untuk membaca kalimat pendek.
Menguji
ketidakmampuan menulis (agrafia) dan deficit membaca (alexia) yang juga
merupakan bagian dari afasia reseptif dan ekspresif.
h.
Beri
peringatan bahwa pasien di ruang ini mengalami gangguan berbicara, sediakan bel
khusus bila perlu.
Untuk kenyamanan
berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi.
i.
Memilih metode komunikasi
alternatif misalnya menulis pada papan tulis, menggambar dan mendemonstrasikan
secara visual gerakan tangan.
Memberikan
komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu.
j.
Antisipasi dan bantu kebutuhan
klien
Membantu menurunkan frustasi oleh karena
ketergantungan atau ketidakmampuan berkomunikasi.
k.
Ucapkan langsung kepada klien
berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak dan
perhatikan respon klien
Mengurangi kebingungan atau kecemasan
terhadap banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan
kata-kata.
l.
Berbicara dengan nada normal
dan hindari ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu pasien untuk berespon.
Pasien tidak dipaksa
untuk mendengar, tidak menyebabkan pasien marah dan tidak menyebabkan rasa
frustasi.
m. Menganjurkan pengunjung untuk
berkomunikasi dengan pasien misalnya membaca surat, membicarakan keluarga.
Menurunkan
isolasi sosial dan mengefektifkan komunikasi.
n.
Membicarakan
topik-topik tentang keluarga pekerjaan dan hobi.
Meningkatkan pengertian
percakapan dan kesempatan.untuk mempraktekan ketrampilan praktis dalam
berkomunikasi..
o.
Perhatikan
percakapan pasien dan hindari berbicara secara sepihak
Memungkinkan
klien dihargai karena kemampuan intelektuialnya masih baik.
Kolaborasi :
Konsul ke ahli therapi bicara.
Mengkaji kemampuan verbal individual dan
sensori motorik dan fungsi kognitif untuk mengidentifikasi deficit dan
kebutuhan therapi.
DX..4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol
otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL. Seperti makan, mandi,
mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
Tujuan :
1.
Pasien dapat menunjukan
perubahan gaya
hidup untuk kebutuhan merawat diri.
2.
Pasien
mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
3.
Mengidentifikasi
personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
Independen
a.
Kaji kemampuan dan tingkat
penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
b.
Hindari apa yang tidak dapat
dilakukan pasien dan bantu bila perlu.
Pasien dalam keadaan cemas dan tergantung hal
ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
c.
Menyadarkan tingkah
laku/sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan suport pola
pikir ijinkan pasien melakukan tugas, beri feedback, positip untuk usahanya.
Pasien memerlukan empati, tetapi perlu
mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani pasien. Sekaligus
meningkatkan harga diri, memandirikan pasien dan menganjurkan pasien untuk
terus mencoba.
d.
Rencanakan tindakan untuk
deficit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat,
dekatkan tempat tidur ke dinding.
Pasien akan mampu melihat dan memakan
makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan. .
e.
Tempatkan perabotan ke dinding,
jauhkan dari jalan
Menjaga keamanan pasien bergerak di sekitar
tempat tidur dan menurunkan resiko tertimpa perabotan.
f.
Beri kesempatan untuk menolong
diri seperti menggunakan kombinasi pisau garpu, sikat dengan pegangan panjang,
ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi.
Mengurangi ketergantungan.
g.
Kaji
kemampuan komunikasi untuk Bak. Kemampuan mengunakan urinal, pispot. Antarkan
ke kamar mandi bila kondidisi memungkinkan.
Ketidakmampuan
berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung
kemih oleh karena masalah neurogenik.
h.
Identifikasi
kebiasaan Bab. anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas
Meningkatkan latihan
dan menolong mencegah konstipasi
Kolaboratif
:
1.
Pemberian
supositoria dan pelumas feses/pencahar
Pertolongan utama
terhadap fungsi bowell atau Bab.
2. .Konsul
ke dokter therapi okupasi
Untuk mengembangkan
therapi dan melelngkapi kebutuhan khusus.
DX. 5. Gangguan harga diri, berhubungan dengan biophysical,
psikososial, perubahan persepsi kognitif ditandai dengan :
1. Perubahan
aktual dalam struktur dan fungsi.
2. Perubahan
penerimaan respon verbal dan non verbal.
3. Penilaian
negatif terhadap tubuh, ketidak berdayaan dan merasa tidak ada harapan.
4. Berfokus
pada penampilan, kekuatan dan fungsi masa lalu.
5.
Kehilangan/ perubahan dalam pekerjaan
6.
Tidak dapat menyentuh atau melihat bagian-bagian tubuh.
Tujuan :
1.
Mampu menyatakan atau
mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang
sedang terjadi.
2. Mampu menyatakan penerimaan diri
terhadap situasi.
3. Mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang
negatif.
Intervensi :
Independen.:
a.
Kaji perubahan dari gangguan
persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
Menentukan
bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
b.
Identifikasi arti dari
kehilangan atau disfungsi pada pasien.
Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur
perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan membandungkan mengenal dan mengatur kekurangan.
c.
Anjurkan pasien untuk
mengekspresikan perasaan termasuk hostility dan kemarahan.
Menunjukan penerimaan, membantu pasien untuk
mengenaL dan mulai mmenyesuaikan dengan perasaan tersebut.
d.
Catat ketika pasien menyatakan
terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukan
kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
e.
Pernyataan pengakuan terhadap
penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa
masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat
menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengijinkan pasien
untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
f.
Bantu dan anjurkan perawatan
yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
g.
Anjurkan orang yang terdekat
untuk mengijinkan pasien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
h.
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Klien daspat beradaptasi terhadap perubahan
dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
i.
Dukung penggunaan
alat-alat yang dapat mengadaptasikan
pasien, tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter.
Meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan
kebutuhan fisik dan menunjukan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.
j.
Monitor gangguan tidur
peningkatan kesulitan konsentrasi, lethargi, dan widhrawal.
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya
terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.
Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuro psikologi dan
konseling bila ada indikasi.
Dapat
memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembamgan perasaan.
Dx:
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kontraktilitas otot
jantung
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X 24 jam T : 120/80, N : 88X/mnt, Urine
40-50 cc/jam, pusing hilang
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
- Berikan posisi syok
- Observasi vital sign (N : T : S ) dan kapilarri refill setiap
jam
- Kolaborasi:
- Pemberian infus RL 28
tts/menit
- Foto thorak
- EKG
- Lanoxin IV 1 ampul
- Lasix 1 ampul
- Observasi produksi urin dan balance cairan
- Periksan DL
|
- Memenuhi kebutuhan pefusi otak
- Untuk mengetahui fungsi jantung dalam
upaya mengetahui lebih awal jika terjadi gaguan perfusi
- RL untuk memenuhi kebutuhan cairan
intra vaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis mencegah kolaps vena.
- Untuk memastikan aanatomi jantung dan
melihat adanya edema paru.
-
Untuk melihat gambaran fungai jantung
-
Memperkuat kontraktilitas otot jantung
-
Meningkatkan perfusi ginjal dan mengurangi oedema
-
Melihat tingkat perfusi dengan menilai optimalisasi fungsi ginjal.
-
Untuk melihat faktor-faktor predisposisi peningkatan fungsi metabolisme klien
sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
|
Dx Resiko gangguan pertukaran gas
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X24 jam RR : 18
X/mnt, sesak (-),Blood Gas Analysis normal paO2 95-100 %
Rencana Tindakan
|
Rasionalisasi
|
- Lapangkan jalan nafas dengan mengektensikan kepala
- Lakukan auskultasi paru
- Lakukan suction jika ada
sekret
- Berikan O2 per kanul 6-10lt/mnt atau bantuan nafas dengan
ventilator sesuai mode dan dosis yang telah ditetapkan.
- Kolaborasi pemeriksaan
- Blood Gas Analysis dan
SaO2
- Orbservasi pernafasan observasi seting ventilator
|
- Untuk meningkatkan aliran udara
sehingga suply O2 optimal
- Untuk mengetahui adanya sekret
- Meningkatkan bersihan jalan
nafas
- Untuk meningkatkan saturasi O2
jaringan
- Untuk mengetahui optimalisasi
fungsi pertukaran gas pada paru
- Untuk membantu fungsi
pernafasan yang terganggu
|
Dx : Resiko terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan tidak adanya reflek batuk dan
produksi sekret yang banyak
Tujuan :
Setelah dirawat
tidak terjadi sumbatan jalan nafas, stridor (-), dyspnoe (-), sekret bersih
Tindakan
|
Rasionalisasi
|
- Auskultasi bunyi nafas tiap 2 - jam
- Lakukan suction jika
terdengar stridor/ ronchi sampai bersih.
- Pertahankan suhu humidifier
35-37,5 derajat
- Monitor status hidrasi klien
- Lakukan fisiotherapi nafas
- Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah tindakan
|
- Memantau keefektifan jalan nafas
- Jalan nafas bersih, sehingga mencegah hipoksia, dan tidak
terjadi infeksi nasokomial.
- Membantu mengencerkan sekret
- Mencegah sekret mengental
- Memudahkan pelepasan sekret
- Deteksi dini adanya kelainan
|
Dx : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dengan kelelahan,
pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi ETT
Tujuan :
Setelah dirawat
nafas sesuai dengan irama ventilator, volume nafas adekuat, alarm tidak
berbunyi
Rencana Tindakan
|
Rasionalisasi
|
- Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
- Evaluasi semua ventilator dan tentukan penyebabnya
- Pertahankan alat resusitasi bag & mask pada posisi TT sepanjang
waktu
- Evaluasi tekanan atau
kebocoran balon cuff
- Masukka penahan gigi
- Amankan selang ETT dengan fiksasi yg baik
- Monitor suara nafas dan
pergerakan dada
|
- Deteksi dini adanya kelainan
pada vntilator
- Bunyi alarm pertanda ggn fungsi
ventilator
-Mempermudah melakukan pertolongan
jika sewaktu[waktu ada gangguan fungsi ventilator.
- Mencegah berkurangnya aliran
udara nafas
- Mencegah tergigitnya selang ETT
- Mencegah selang ETT tercabut
- Evaluasi keefektifan pola nafas
|
Dx : Resiko terjadi trauma berhubungan dengan
kegelisahan sebagai efek pemasangan alat bantu nafas
Tujuan :
Setelah dirawat klien tidak mengalami iritasi
pd jalan nafas, tidak terjadi barotrauma, tidak terjadi keracunan O2, tidak
terjadi infeksi saluran nafas, suhu tubuh 36,5-37 derajat celcius
Tindakan
|
Rasionalisasi
|
- Orientasikan klien tentang
alat perawatan yang digunakan
- Jika perlu lakukan fiksasi
- Rubah posisi setiap 2 jam
- Yakinkan nafas klien sesuai
dengan irama vetilator
- Obsevasi tanda dan gejala
barotrauma
- Kolaborasi penggunaan sedasi
- Evaluasi warna dan bau sputum
- Lakukan oral hygiene setiap hari
- Ganti slang tubing setiap 24-72
jam
- Kolaborasi pemberian antibiotika
|
- Agar
klien memahami peran dan fungsi serta sikap yang harus dilakukan klien
- Untuk mencegah trauma
- Untuk mencegah timbulnya
trauma akibat penekanan yang terus menerus pada satu tempat.
- Mencegah fighting sehingga
trauma bisa dicegah
- Untuk deteksi dini
- Untuk mencegah fighting
- Monitor dini terjadini infeksi
skunder
- Mencegah infeksi skunder
- Menjamin selang ventilator
steril
- Sebagai profilaksis
|
Dx :
Cemas berhubungan dengan disorientasi ruangan dan ancaman akan kematian
Tujuan : Setelah dirawat kien kooperatif, tidak gelisah dan
tenang
Tindakan
|
Rasional
|
- Lakukan komunikasi terapeutik
- Berikan orientasi ruangan
- Dorong klien agar
mengepresikan perasaannya
- Berikan suport mental
- Berikan keluarga mengunjungi
pada saat-saat tertentu
- Berikan informasi realistis
sesuai dengan tingkat pemahaman klien
|
- Membinan hubungan saling
percaya
- Mengurangi stress adaptasi
- Menggali perasaan dan masalah
klien
- Mengurangi cemas dan
meningkatkan daya tahan klien
- Untuk meningkatkan semangat
dan motivasi
- Agar klien memahami tujuan perawatan yang dilakukan.
|